Aku menyukai ujung pepohonan yang menantang angkasa. Foto ini kuambil pada sore di bulan Oktober 2011 di depan warung Bu Tini, ground Cuban Rondo. Waktu itu kami akan beranjak pulang ke Surabaya. Entahlah, mengapa pepohonan itu cantik, kecuali setan-setan yang suka bergantungan mesra di malam hari. Pepohonan ini, orang menyebutnya pinus.
Sendiri. Apa yang kebanyakan orang lakukan ketika mereka menikmati sebuah pemandangan indah, sendirian. Bersama dengan lagu favorit mereka terbungkus di telinga. Mungkin aku akan memilih musisi seperti Float, Little Joy, atau Kings of Convenience.
Pepohonan, langit sore di viaduct Gubeng, loteng yang terhubung dengan tol Simorukun, dan Jalan Tunjungan yang tak akan cukup dipandangi sebentar saja. Kemarin aku berjumpa sebut saja Anita bukan nama fakta. Dia mencolekku di Jalan Gentengkali, meskipun itu bukan rute biasa untuk pulang. Sebelumnya ketika pulang melewati viaduct Gubeng, aku merasa sore itu sangat cantik. Lagu yang terbungkus earphone ada Little Joy, DIIV, dan Washed Out. Lagu yang cocok untuk minum segelas es teh atau lemon tea. Maka secara spontan, aku membelokkan jalur yang agak jauh untuk mencapai jalan pulang. Dari Jalan Pemuda malah belok ke Jalan kanan lewat Balai Kota-Walikota Mustajab- Jalan Gentengkali-Jalan Tunjungan. Entahlah itu memang rute favorit-ku. Rute yang dulu sering ditempuh ayah kalau mengantarku pulang. Menghirup secara gratis aroma sate Ondomohen, lalu menyusuri barisan pohon di kanan Jalan Gentengkali, dan bangunan-bangunan sayu ala Jalan Tunjungan. Kalau sudah begini, kecepatan spedometer cukuplah santai 20km/jam. Ya begitulah, caraku menikmati sore secara santai tapi impulsif. Ya, aku penggemar berat sore.
Ketika terlalu banyak hal yang berebutan masuk ke dalam otak, sore itu saatnya kulepas pelan-pelan beberapa secara baik-baik. Ya, kami putus dengan cara baik-baik. Semoga hubungan silaturrahmi kami tetap terjaga. Dan yang kudapat dari sore itu: Be easy like clouds. Stand tall and beautiful like trees.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar