Saya masih percaya, Surabaya is not all about malls and such things. Menemukan sesuatu di Surabaya itu nggak harus mahal. Ada komunitas yang dengan berjalan kaki saja bisa menikmati kota Surabaya dengan lebih seloww, pelan-pelan di tengah kecepatan jalanan ala ibukota. Kadang kita nggak menyangka dengan hal-hal yang bisa kita temukan di tempat yang kita lewati setiap hari. Kali ini saya dan kawan-kawan akan mengunjungi sebuah tempat yang setengah awesome dan setengah kemistis. Siang itu, pada hari Jemuah (sori ilat jowo) tanggal 13 September 2013, kami yang kebetulan plonga-plongo di kampus secara spontan diajak Tjetje Puspitje ke Museum Kesehatan di Jalan Indrapura. Jalan ini familiar banget buat saya, karena sudah bertahun-tahun sering diajak ayah andok mie ayam di gang sebelahnya museum persis. Kalau mau mampir lumayan juga bisa dijadikan pengucur keringat diantara panas turbo-nya Surabaya. Oiya, namanya Mie Ayam Tuban Pak Suci. Selama masih kerja di Perak, ayah saya sering makan siang disini. Tips aja, kalau jam makan siang mendingan bawa meja kursi sendiri ya, soalnya pasti bakal padat penduduk.
Sebenernya ini mau bahas mie ayam apa museum sih. Haha, oke, karena terlanjur nganggur, kami-pun berangkat juga menuju tempat yang dituju *kebiasaan mbulet*. Kami berangkat dari kampus sekitar pukul setengah dua belas, dan panasnya berkibar di udara. Ternyata, setelah sampai lokasi, museum-nya tutup karena istirahat Soljum alias Sholat Jum'at. Bukan museum-nya yang Soljum, tapi staf-nya. Akhirnya kami kembali nganggur kayak kapstok kumbahan. Kami malah ngobrol kesana kemari sambil lompat-lompat, push up, nari remo, main lompat tali, nanem jagung, pokoknya segala macam aktivitas. Saat itu kebetulan yang berkunjung hanya kami dan beberapa butir anak-anak. Tiket masuknya lebih murah daripada karcis parkir di jobfair *eh*, cukup Rp 1500 saja.
Ada banyak hal yang mungkin di masa modern ini, kita belum kepikiran gimana ya masyakarat Indonesia dulu bisa bertahan dengan masalah kesehatan. Di sini ada banyak pengetahuan tentang pengobatan alternatif serta alat-alatnya yang sering ditempuh oleh masyarakat dulu, khususnya di Jawa. Jangankan dulu, sekarang saja masih banyak masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal berbau klenik. Di museum ini dijelaskan juga beserta benda-benda yang dimaksud, mulai dari alat persantet-an, boneka jelangkung, alat-alat sangkal putung (yang biasa mengobati orang-orang yang retak atau patah tulang hanya dengan dipijit), obat-obat herbal, serta alat-alat kesehatan lainnya. Selain yang tradisional, disini juga dipajang berbagai macam alat kesehatan yang digunakan pada zaman kolonial. Di bagian ini, masyarakat mulai tersentuh teknologi kesehatan yang mutakhir pada era-nya. Disini dipajang kursi melahirkan, kursi yang di dokter gigi tapi jaman dulu, alat memeriksa mata, dan lain sebagainya. Bahkan ada juga kursi roda jaman dulu yang menurut saya, itu horor banget. Banyak banget hal yang bisa dilihat disini dan bisa bikin kita berpikir "wow, ternyata gitu ya". Untuk melihat yang wow wow lainnya serta lebih lengkapnya, silakan datang kalau lagi nganggur kayak kami, hehehe. Intinya sih, kita bisa melihat transformasi dunia medis yang terjadi di tempat kita berdiri sekarang *bahasanya*.
|
oke fotonya kurang kesehatan banget, hehehe. maaf ya kalo diambil dari camera 360 :D |
|
turn table jaman bien |
|
botol scotch jaman bien dan super gede lebih gede dari botol kecap *Duh* |
Tempat ini juga cocok buat yang suka menjelajahi tempat nan seram. Selanjutnya adalah pengalaman seram kami. Ketika memasuki ruangan besar yang berisi mesin-mesin besar alat kesehatan, saya sempat tertarik dengan salah satu benda yang ada disana. Intinya, bikin saya berpikir, kok ada benda ini di sini ya. Meskipun kalian nggak punya kelebihan untuk melihat benda halus yang imut dan bersahaja *duh*, mungkin kalian bisa merasakan sesuatu. Kalau saya sih merasa, meskipun cuma perasaan kurang nyaman. Ada banyak kejutan-kejutan yang bisa kalian temukan seiring dengan semakin kalian masuk ke dalam ruangan yang lebih sempit apalagi nanti kalian bisa menemukan sebuah ruangan bertuliskan "Ruang Dunia Lain" yang ternyata nggak ada hubungannya dengan acara dunia lain, tapi konten-nya sih sama *aduh*. Awalnya saya juga cuma menepis perasaan ndak enak itu karena mungkin saya merasa agak parno dengan benda-benda lawas atau gimana. Tapi setelah ketemu mas-mas penjaga museum, teman saya Putri nanya dan saya hanya mepet di salah satu lemari sambil garuk-garuk karena mas tersebut menceritakan hal yang sungguh kemistis mengenai tempat tersebut. Lebih jelasnya, kalau kalian berkunjung ke sana dan menemui ada staf-nya mas-mas yang masih muda, coba iseng-iseng tanya deh tentang hal-hal yang mengganjal selama berwisata melihat benda-benda lawas nan epik ini.
Ada satu hal lagi yang mengganjal di pikiran kami saat itu, dan kami sempat memperbincangkan. Di museum ini bukan hanya kesehatan yang bersifat umum saja yang dipajang, namun juga yang berhubungan dengan penyakit kelamin. Saat itu, Romce teman kami tertarik dengan sebuah album tua yang sengaja dipajang di atas meja. Karena isinya benar-benar foto lawas hitam putih, dia nggak berani. Kami-pun melihat bersama. Ternyata isinya adalah foto-foto ya tentang penyakit kelamin. Sayangnya, foto-foto itu tidak diisi dengan keterangan yang jelas tentang jenis penyakit kelamin apakah itu. Sebenarnya informasi itu perlu sih sebagai trivia. Selain itu juga dipajang beberapa alat-alat yang digunakan masturbasi pada zaman dulu, baik untuk pria maupun wanita. Nah, mengapa kami pikir museum ini butuh staf untuk mengawasi atau sekedar memberikan informasi kecil. Saat itu kami datang bersama anak-anak kecil, nggak kebayang aja bagaimana kalau mereka melihat hal-hal tadi. Untungnya, mereka pada saat itu tidak melihat keberadaan benda-benda yang dewasa itu. Sedangkan kalau ada staf yang menjaga, mereka bisa mengalihkan. Nggak harus stand by sih, cuma kalau ada anak kecil aja. 'Kan kasian, belum wayahnya. Yaudah, sekian dulu sist jalan-jalannya, akhirnya kami kembali ke kampus.
|
berkunjung bersama anak sekitar |
|
amilia romce meratap |
|
sepeda ini gede abis |
|
personil hari ini di depan auditorium fib, menjelang halal-bihalal edsa
|