Kita benar-benar tidak bisa menilai seseorang dari satu sisi
saja. Setidaknya itu menjadi sebuah tamparan keras bagi saya akhir-akhir ini.
Terkadang orang yang menurut kita baik belum tentu mempunyai niat yang baik
pada kita, begitu pula sebaliknya. Terkadang ada juga orang yang terlalu larut
dalam emosi dan keadaan sekitar, sehingga hal yang seharusnya ga ada
hubungannya sama dia sama sekali malah membuat dia usil mengecap karakter
seseorang buat ngompor-ngompori orang lain *wosh*. Terkadang saya sendiri tidak
pandai dalam menilai karakter orang, beda lho antara menilai karakter dengan sok
tau menilai seseorang dari luarnya saja. Tapi sepertinya saya harus belajar
untuk bisa menilai karakter orang. Dengan begitu kita bisa menentukan mana
orang-orang yang memang tulus dengan mana yang bulus.
Ahay! Lupakan tentang polemik yang membara di dalam diri.
Lagi-lagi kami secara spontan melakukan perjalanan keluar kota. Meskipun
awalnya saya hanya ingin merencanakan akhir pekan itu dengan menghabiskan
Norwegian Woods (gak mari-mari, sebel). Namun akhirnya, ingin diajak ke pantai.
Dengan hebohnya saya membawa baju ganti, kamera, serta kaca mata hitam. Sabtu
siang di Surabaya saat itu terasa sangat terik. Kami pun bergegas menuju Pantai
Delegan di kota Gresik. Dengan bantuan GPS (gara-gara pak nahkoda lupa-lupa
ingat jalan menuju kesana), akhirnya kami… gagal sampai kesana karena ada…
perbaikan jembatan dan menimbulkan macet berkepanjangan. Tanpa banyak
pertimbangan, kami pun putar balik dan menuju Pacet. Kami juga melewati pabrik
tempatku dulu bekerja, banyak yang berubah jika dilihat dari depan.
Sampailah kami semua pada ketinggian 925 meter di atas permukaan laut, Selamat datang di pemandian air panas Padusan di Pacet, teroreeeet.
Sesampainya disana makan gorengan dulu sambil menghirup udara gunung, asyik
senangkan hati. Baru setelahnya kita semua menceburkan diri ke kolam renang.
Sayangnya saya ga bisa renang, jadi cuma bisa sok-sok berendam saja. Awalnya
kami menceburkan diri di kolam dingin. Luar biasa segar setelah seharian macet
dan panas. Baru setelah itu nyebur ke air hangat yang mengandung belerang. Kami pun berenang disaat matahari akan terbenam dan dipagari pepohonan pinus tinggi dengan ranting yang cantik. Huwaa, meskipun hanya
beberapa jam saja perjalanan plus menghabiskan waktu di sana, rasanya badan
kami segar bugar kembali. Sayang sekali esoknya masih hari Minggu, dimana kami
harus mencuci dan mengepel. Gagal bugar. Berikut foto-foto asyiknya suasana di
kota santri, eh, di Pacet.
Kadangkala saya berpikir betapa tenangnya tinggal di dekat gunung. Suasana yang sejuk, sepi, dan menenangkan hati, memanjakan mata dengan hamparan hijau.