2.11.12

Peranakan Sore dan Senja



Aku lahir pada pertengahan antara sore dan senja. Itulah mengapa kadang aku sulit mengambil keputusan. Misalnya apakah aku harus memilih matahari yang benderang, atau pekat yang mencekat. Aku tak kenal rembulan, sehingga aku biasa untuk membiarkan diriku tercekik apa adanya. Buat apa aku mengenalnya, ia selalu memperlihatkan sisi gelapnya pada mukaku. Bulan purnama-pun tak pernah menjabat tanganku, karena aku hidup bermandikan neon. Di dalam tubuhku semuanya gelap, hanya bagian luar tubuhku yang benderang. 

Namaku Sherio. Hidupku tak butuh motivator, motivasi, ataupun gravitasi. Aku hanya sepenggal puisi yang tergigit oleh malam. Sepanjang waktu, jika aku ingin aku bisa saja terus merasa terluka. Tapi aku memilih untuk meredamnya, menyuntikkan endorfin secara brutal. Aku tidak suka keterikatan, karena sejak kecil aku sendiri tidak terikat dengan apa-apa. Hanya dunia ini yang menghidupiku hingga aku sebesar ini. Pertautan sebab akibat sangat tidak berlaku bagiku. Aku tak peduli ada orang lain di masa lalu yang bisa saja membuatku hancur di masa ini. Karena kehancuran itu kubangun kembali. 

Aku sangat sinis dengan arah. Karena aku tak peduli dengan arah. Jadi, jika kau merasa sayang padaku, genggamlah tanganku sampai telapak kita berkeringat. Simpanlah degupan jantungmu untuk saat ini dan seterusnya, karena kau tidak akan pernah tahu kapan aku akan melepas dan menggenggam tanganmu kembali.

3 komentar:

  1. Ternyata kita memiliki kesamaan sifat, aku juga dilahirkan pada waktu yang sama dgn mu SENJA ...silahkan mampir di red-dusk.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. wahh..iya sama dengan tokoh dalam cerita. terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus