overexposed horn |
Pemuda-pemudi masa kini pasti sangat menyukai aktivitas bernama bergantungan keluar (hang out). Hal ini dilakukan agar melupakan segala kenestapaan yang kerap kali menguasai diri *naik genteng, tarik-tarik antena TV, terjun*. Namun, mereka dengan kondisi kejiwaan yang normal (nggak bilang mainstream lo ya) akan memilih untuk berjalan-jalan di mall, makan setik (setik golf), mimik gurin, atau foto-foto di dalem kotak pos (photobox). Kami adalah tiga orang yang mulai terseok-seok dalam menjalani lembaran takdir semester berikutnya, tiba-tiba sepakat untuk mengunjungi sanak saudara, famili, rekanan, kemenakan, cucu, cicit yang berada di Kebun Binatang Surabaya. Maka teman saya hari ini adalah Terung dan Astuti, ehehe Wina maksudnya.
Jika kami berkumpul, maka yang terjadi adalah rembes, tulang pipi kaku akibat mangap-mangap jama'ah alias tertawa. Baru datang, kami sudah mengelilingi kebun ini dan disambut dengan lagu-nya Judika yang jelas memiliki efek samping untuk menclok di tembok semacam cicak. Selanjutnya kami membahas tentang prospek masa depan hewan-hewan ini yang setiap hari di setel-in lagu macam begini. Pantas saja waktu kami membelok ke kandang beruang madu, ada yang tergolek tak berdaya di pojokan, ada juga yang gelisah dan kalut sambil mondar-mandir di pinggir-an kandang. Kami yang manusia saja nggak bakal kuat dengan derita hidup mendengar lagu-lagu galau setiap hari. Tapi secara serius, kami kasihan dengan kondisi sanak saudara, famili, rekanan, kemenakan, cucu, cicit kami yang ada di sana. Dengan kondisi kandang serta cuaca yang sepanas ini di Surabaya, pasti benar-benar menyiksa. Kecuali si Onta yang kayaknya hidup dengan aman, damai, dan rajin mengunyah.
Hari ini diawali dengan mendung yang melankolis sayu, kemudian berubah menjadi gegap gempita. Pada jam sholat Jemuah kami berlindung di depan kandang kuda nil sambil melihat tupai yang bebas dan pandai meloncat-loncat di atas pohon, seperti pepatah Smart smart squirell, finally fall down also #peribasaenglish. Kebun ini memang sangat romantik suasananya, daun-daun rimbunnya menaungi kami siang itu. Bercerita panjang tentang hal-hal super rembes, juga kenapa akhir-akhir ini aku dan terong sering menulis tweet "opo sih" atau "uopo ae" ditambah tanda titik-under score-titik. Sungguh pembicaraan yang sangat penting dengan urgensi tinggi. Lalu ada hewan semacam antelop yang tiba-tiba ribut kejar-kejaran. Dengan reflek sangat hina dan suara keras aku bilang "lihat tuh! mama tolong aku mama, aku mau diperkosa" << mencoba men-dubbing si antelop tadi tanpa menyadari di depan kami (agak jauh) ada ibu-ibu dengan anaknya. "wuh, ngawur ana arek cilik ikoloh", seru Terong. Kami pun cekikikan, lalu keluarga itu akhirnya melipir pergi. Akhirnya sejak itu, kami mulai mengerem bibir-bibir yang lamis jika ada anak kecil. Menemukan apa lagi ya? Ada orang pacaran juga sampai ndusel-ndusel di bawah payung merah, sampai dari jauh yang keliatan cuma cowoknya, entah ceweknya lagi dimana, mungkin nyemir-in sepatu si cowok, atau menclok di atap payungnya. Kebun binatang ini bray!
Hari ini, kami cerita banyak hal, haha. Sore yang sangat manis, matahari keemasan, kebun binatang, es krim, teman-teman yang gagal logika, lengkap sudah. Semua orang mungkin menyukai kebun binatang, demikian juga kenangan masa kecil yang ada di dalamnya. Melihat kondisi-nya sekarang, seakan-akan semua masa itu tiba-tiba hilang. Huf haaah langsung sedih. Kinda' miss the glory of yours!!! :) Juga semoga Tuhan menghapus dosa kami membicarakan orang yang sama, sudah sepanjang episode-nya Tukang Bubur Naik Haji. Semoga orang tersebut disadarkan dari tindakannya serta pilihan hidup ambigu yang dipilihnya *halah opo sih* See you again, zoo!
ignored horn |
popsicle |
oh no. entah apa yang ibu-ibu itu pikirkan tentang kita guys.. semoga beliau ga ketemu kita (terutama inggit) lagi. amin.
BalasHapuskenapa harus menyamarkan nama menjadi 'terski'
BalasHapussemoga tolehannya yang tidak senonoh itu mampu menunjukkan kathok gemesmu yg telat berpulang rong :'3