beberapa zine yang dirampok dari zine picnic #3 pagi ini. (turis nebeng #2 oleh maya+saya, bike oleh mbak Anitha Silvia, Brielle #2 oleh Adrea+Gita, serta Ingustrasi #2 oleh mas Rici) |
Akhirnya Zine Picnic #3 kembali digelar di Jalan Raya Darmo, Surabaya di tengah riuh dan asiknya Car Free Day. Sambil menggelar lapak, membaca zine, dan mamam mamam roti, saling berkenalan dan melirik anjing-anjing unyu sedang jalan sehat (beserta pemiliknya yang unyu). Sebenarnya pagi ini lupa membawa kamera dan hp saya sedang sakaratul maut memory card-nya, jadi ga sempet fotoin lapak yang banyak zine bergizi-nya. Yang paling berkesan dari beberapa zine yang saya baca on the spot, tadi ada zine dari Pontianak (lupa judulnya) yang keren dan lucu bahasannya, jadi pengen baca lagi (belum selesai baca).
Tadi ketika menggelar lapak, banyak orang yang menanyakan pada kami tentang zine yang digelar serta apa itu zine. Kemudian mbak Tinta menjawabnya dengan diplomatis hehe. Awalnya saya baru tahu tentang zine ya sejak mengenal C2O library, sebelumnya sih menganggap zine itu identik dengan punk zine, underground (mungkin masih ada orang yang beranggapan demikian). Tapi, seperti yang mas Rici bilang tadi, padahal zine di luar lebih banyak dibikin oleh kaum weirdo. Tapi di luar mungkin zine itu hampir sama kayak disini yang akrab dan identik dengan kaum pustakawan dan tentunya mengusung semangat do-it-yourself. Kayaknya sih mayoritas-nya lebih ke art-zine dan literature. Buat yang masih belum familiar dan wondering, zine iku opo seh. Zine itu kayak self-published magazine, tapi versi sederhananya magazine, dimana kita bisa menyebarkan informasi secara bebas, kreatif serta menyebarkannya secara mandiri. Selain itu zine biasa diproduksi dengan cara di-foto kopi, tapi nggak harus sih, banyak juga yang lebih mutakhir. Konten dari zine nggak melulu tentang tulisan tapi juga ilustrasi atau gambar-gambar lucu, infografis, dan lain sebagainya. Kalau jenis konten-nya bisa jadi luas banget dan bisa mencakup apa saja, bisa juga yang berasal dari keseharian kita atau mungkin kritik sosial? Jadi yang underground nggak selalu identik dengan punk kok, hehe. Mungkin Turis Kecetit juga underground kalau turis-nya mberangkang di gorong-gorong. *oke mulai ga fokus*
Sedangkan zine kami sendiri lebih ringan dan menghibur (semoga), kami ingin menunjukkan tentang segala hal yang unik di jalan, terutama tulisan-tulisan dekat lampu merah, jidat truk, bemo, dan lain sebagainya. Yak, sekian berbagi tentang apa itu zine, semoga barokah. Sampai jumpa di lain kesempatan.