25.12.12

Bipolar Transmission: 2012


Move from one polar into another polar.The dualism in my life in 2012. 

All favorite songs along 2012, played around my headset, halah pegel Inggris2an, semua sontrek 2012 terangkum dalam daftar lagu dibawah ini, nggak semuanya dirilis di 2012, tapi semuanya telah menjawil mesra hatiku ini. Paling sering didengerin pas perjalanan pulang dari aktipitas hore, menangkring di kampus hingga muka tak berbentuk, beberapa jadi sontrek ketika harus mengembara ke berbagai kota: Bojonegoro, Jogja, kereta ekonomi ke Malang, Cuban Rondo; serta akhir tahun yang mendebarkan hati dan sanubari. Meskipun selera musik biasa-biasa aja, tak apalah, apalah artinya selera, yang penting musiknya bisa bikin semangatttt menjalani *getaran cinta tak bisa terhindar lagi, saat kupandang wajahmu, Astuti* *naik turunin barbel* Yah, pokoknya ini dia kawanan lagu pelipur lara, penghapus luka, penghancur nestapa selama 2012:



Arcade Fire The Suburbs
Florence+The Machine Dog Days Are Over
Bombay Bicycle Club Magnet
Two Door Cinema Club Something Good Can Work
Payung Teduh Angin Pujaan Hujan
Sondre Lerche Like A Lazenby
Polyester Embassy Space Travel Rock N' Roll
Sajama Cut Twice (Rung The Ladder)
Bon Iver Perth
Simple Plan Astronauts
Bondan Rastika Not in Love
The Adams Hanya Kau
Fleet Foxes Blue Spotted Tail
The Jezabels Disco Biscuit Love
Jinja Safari Hiccup
The Paper Kites Woodland
Robot x Pathetic Experience x Yoma Jajah Jagad Milang Kori (Wandering)

Disusun berdasarkan ke-masyhur-annya diputar di komputer dan ponsel sejak awal tahun hingga akhir tahun. Ditutup dengan lagu yang terakhir itu, kolaborasi yang cukup bikin adiktif. Terima kasih 2012 yang adventurous! Terima kasih sudah mempersilahkanku melihat banyak kehidupan di luar rumah, melihat sekeliling lebih dekat. Berharap di 2013 juga terjadi transformasi ruaaarrr biasa seperti tahun ini, yeah! Bisa jalan-jalan, kalau saja bisa dapat pekerjaan yang bisa mengembara *halah* suatu saat nanti, amin. Let's fight for the rest of 2013! A simple resolution: Fight!

22.12.12

Hello My Everything!



Hello mom, It's December 22nd! Five days to go, your birthday.
You have to see my child someday.
Talk to your heart, please stay.

10.12.12

The Outstanding Day Of The Week: Kemis Manis

6/12/2012
Betapa girangnya dikelilingi orang-orang yang ora pati nggenah :D Soalnya meskipun dalam kondisi koleng dan otak pecah bagai serpihan pasir besi, masih bisa tertawa. Rayakan hidupmu! Yang belum aqiqah-an silakan dirayakan, yang belum bancaan bubur abang, yo ndang dibancaki dirinya sendiri, muehehe! Salam akrobatis! 

Menghitung hari dari kelopak bunga kamboja, nampaknya ini tepat 7 hari menuju presentasi proposal sekripsi. Hossh hoss hossshhhh! Semangat sobs!

2.12.12

Seminggu Foto Bareng Corbski

Siapakah Corbski? Setelah si Oren rusak, rasanya kangen sama kamera-nya yang benar-benar membanggakan, kemana-mana bawaannya pengen foto-foto biarpun cuma 3.2 megapixels, tapi si Oren benar-benar mengeksekusi Kenjeran dengan hasil yang sangat mutakhir dan tidak ingin terkalahkan dengan hasil kamera dslr biyasa. Setelah si Oren rusak, separuh aku pergi dan tergantikan dengan Corbski yang kamera-nya hanya mampu mencapai ketinggian 2.0 megapixels. Kegiatan foto dengan ponsel akhirnya berkurang, apalagi setelah beli dslr. Habisnya, kadang males foto-fotoan sama Corbski, suram. Tapi Cor, aku teteup cuyung amu kok. Buktinya minggu ini spesial mendokumentasikan kegiatan aku lewat social mee... emm, maksudku lewat kamu Cor. Maka, mari saksikan kejantanan ayang Corbski dalam memotret, gak fotografis banget-banget seh, tapi lebih menekankan pada hari-hari menuju dan sesudah puncak kegundahan dan keresahan hati: draft 1 proposal skripsi. 

Senin, 26/11
Sepulang dari kampus tercinski, mengantar sang nyonya ke rumah sakit untuk kontrol bulanan. Ada kabar agak buruk yang diucapkan dokter tentang kesehatan njonja :') wish that everything gonna be better!
Pulangnya, beli bakmi meski inginnya tami. 

menanti bakmi (atas) | menanti dokter (bawah)
 Selasa, 27/11
Keresahan semakin diujung babak derita. Setelah kelas IC yang menegangkan sampai menggigil ketakutan di pojok kelas *halah* semakin menggigil ketakutan ketika mendekati ruang baca, semakin mendekat, ingus berceceran, mata kliyengan, mencari skripsi terdahulu sebagai rujukan, semakin ngepot nalar-ku. Akhirnya pulang dengan kondisi gemetaran *duh opo se iki*, semakin gemetaran ketika memutuskan sendirian, ke Surabaya Plaza alias Ndelta, beli buku-buku bersampul lucu, isi sidu sebagai pelipur lara. Menuju ke parkiran motor kemudian semakin merinding bulu kuduk ketika ada pesan singkat dari seorang teman KKN, si Terong yang intinya seolah-olah berbunyi "I saw you", untungnya nggak ditambahi: "And I'll kill you!", ewwww... mau dong dibunuh Terong.
jektas tuku!

Rabu, 28/11

Ke kampus untuk? Mengerjakan outline tugas Cyber Culture dan nyari jurnal buat proposal sekripsiy. Akhirnya, pulangnya mbelok ke c2o saking masih dalam keadaan kalut mengingat deadline menuju draft 1 semakin dekat. Bahagianya, ketemu Kak Kat dan dikasih rekomendasi buku babon buat potograpi beserta jurnal-jurnal bermaslahat. Uwwww... trimski Kak Kat :3
hasil rampokan (atas) | h-2 (bawah)

Kamis, 29/11
H-1 draft 1. Anda tahu apa yang terjadi. Transformasi jadi zombi! :D
pagi dan PAGI

Jemuah, 30/11
DRAFT 1 DONE! Hemjaraaaaaah! Beralih ke deadline proyek Ayorek! Mengerjakan ke kampus, bertemu dan bercerita sampai malam menjelang bersama para tetua, angga+febri ichsan. Sorenya ke Gembing dulu cuuuy.
seia sekata  (atas) | gembing (bawah)
Septu, 1/12
Tanggal sijiiiiii! Akhirnya, di siang hari bersama inyongski melihat emmm.... pameran... emm...foto kami... yang dipajang di.... nggg..... IFI, kemudian kami.... nggg.... keluar ke parkiran tertawa begitu musykil. Kisah ini hanya diketahui oleh Mbak Yuli, Nitnot, Pratiwi, dan Adrea. Akhirnya dalam kondisi tinggi karena tertawa, bersama inyongski melanjutkan ber-lapak di c2o sambil pengen nonton acara musik malamnya di IFI lagi. Sampai di c2o Mbak Yuli bahagia membuka bungkusan karpet yang baru di laundry, wanginya nggak masyuk akal *opose*. Kami akhirnya gelendotan, usek-usekin rambut, bobok-bobok manjha sambil membaca buku
.
waiting
Kembali ke IFI pas ketika Pathetic Experience sedang beraksi. Belum sempat memfoto pamer foto kita yang di pameran *hayoloh*, ternyata pamerannya totop. Baiklah, kami dontok acara musiknya ajha. Maaf ya, si Corbski batuk-batuk karena tahu hujan bakalan turun deras membanjiri hati yang kerontang ini. Jadi ini foto diambil sama si YOU SEE 1000D OF VITAMIN MG, yeah! Ramalan si Corbski bukan cuma mbelgedes semata, hujan beneran turun membabi babi, ngg... membabi buta sehingga membuat kami berempat, aku, inyongski, nitnot, pratiwi nari-nari tarian pengusir hujan ala Dora The Explorer, ezzz...  Sayangnya belum sempat nonton orkes musik asal Perancis, Gable gara-gara hujan. Sehingga orang-orang berteduh di bawah terop berjawil-jawilan. Malam yang seru dibawah rintikan hujan, udah gak rintikan, tapi gerojogan hujan. Sayang malam minggu romantis sporadis dan eksentris ini, ga ada amu, .......... jodohku! *selanjutnya anda tahu apa yang akan terjadi* *kaporit mana kaporit, aus ini*

they are: pathetic experience

26.11.12

Orkes!



Gang buntu, pelan-pelan banyak anak kecil. Begitulah kalimat buntu yang tercantum pada ujung gang, memberi kode pada pendatang agar masuk dan keluar seperti kentut, pelan-pelan datang dan hilang. Apakah penduduk gang ini butuh ketenangan? Pertanyaan itu tidak perlu di jawab ketika orang melihat empat helai manusia dekil sedang kecantol di baduk-an depan gardu listrik. Mereka berkumpul sambil melatih mulut mereka, adegannya hampir mirip dengan burung-burung kecil di discovery channel yang mangap-mangap menunggu makanan dari emaknya. Seseorang yang paling dekil , bungkring, dan berambut brintik duduk di tengah sedang menggelitik gitar, bernama Wawan alias Sarkowan. Selanjutnya yang paling ujung membuka mulut selebar kantong semar, perut lebar, dan sambil memegang erat botol mineral, Aripin. Terakhir, yang paling rupawan dan merona dengan wajah tegas (bukan kotak), memakai sarung dan memukul pantat gosong panci, bernama Dani. Perkenalkan, mereka tergabung dalam orkes melayu yang penuh harap dan do’a agar lekas  mendapatkan jodoh, Orkes Melayu Putra Biduwan.

Setelah menyanyikan lima lagu spesial yaitu Anggur Merah, Judi, Sharmilla, Benang Biru, dan Malam Terakhir. Mereka spesialis menyanyikan lagu dangdut lawas sesuai dengan usia dan kontur wajah masing-masing. Akibat kelelahan dan kepanasan, sang lead vocal Aripin merebut botol air mineral dingin dari genggamanku. Sambil menenggaknya, embun dingin dari dinding botol menggelinding ke sela-sela jari Aripin. Tetesannya beradu turun dengan keringat dari rambutnya yang rapi, basah kuyup. Rupanya ia menderita kepanasan yang luar biasa. Lalu disodorkannya botol itu kearahku.

“Nih! Orang tuamu masih lama ya pulangnya?”, tanyanya

“Mereka sih bilangnya dua hari lagi. Tenang ajalah, besok pasti kita jadi berangkat!”

“Lagu apa lagi nih? Yang pelan aja dulu”, Sarkowan tak tabah lagi.

“Sekali-kali  Sigur Rόs ngono loh rek”, Dani menambahkan

“Mata kamu sungguh indah, Dan! Lha dipikir suarane Ipin merdu kayak Jόnsi?”

“Salah pernyataanmu! Sing bener, Jόnsi suarane ndak duwe cengkok merdu kayak Ipin, kurang berpengalaman dalam manten performance!”, kubela harga diri Aripin.

“Ayo wes melayu asli, budhal!“, Aripin mengajak naik panggung lagi.

Kerumunan ibu berdaster mulai resah dengan kumpulan remaja asli yang sedari tadi bengak-bengok walaupun hanya mempermasalahkan lagu yang akan dinyanyikan. Seseorang diantaranya melirik Dani dengan seksama, si pria tampan dengan jambul kuda bersayap pegasus.

“Dan! Panci blirik-ku nangdi?”, Jdierrr! Bukan mengagumi ketampanan, justru menagih panci yang tempo hari diambil Dani dari dapur mak-nya, milik tetangga.

Sek bulek, durung dikorahi”, jawabnya singkat.

“Ayo jo! Melayu asli? Otentik bukan dangdut”, tagih Ipin.

“Bosen jo!”

“Nama kelompok musik kita aja sudah Orkes Melayu lho depannya, masak ndak pernah nyanyi lagu melayu?”, Ipin prihatin.

“Budhal jadi TKI sana loh kayak anake Cak No, terus kuliah ambil jurusan yang mempelajari musik melayu”, Sarkowan hanya meracau, aku yakin.

“Haaaahh… Buyar rek, main Sigur Rόs ae yak apa, bener saran Dani itu”, aku bosan, kadang mereka sangat pemilih terhadap lagu, apalagi Ipin.

“Main aman! Main aman!”, Dani melambaikan tangan ke kamera, menyerah.

“Hiduuuup penuh likuu-likuu…”

“Bosen!”, jawab Sarkowan.

Perdebatan mengenai lagu apa yang akan dimainkan selalu terjadi setiap saat, antara Ipin yang sangat pemilih, Sarkowan yang mudah bosan (apalagi nanti kalau sudah nikah, bakal cepat bosan juga nggak ini bocah) serta sulit mengambil keputusan, dan Dani yang selalu muncul dengan ide anehnya namun tidak pernah bisa mempertahankan argumennya. Berada di tengah-tengah Putra Biduwan ini kadang membuatku tertawa sendiri membayangkan ketika kami berada di situasi yang berbeda. Bagaimana kalau perdebatan tadi terjadi ketika ketiganya sedang di rumah sakit menunggu istri Sarkowan yang akan melahirkan dan harus memilih normal atau operasi? Sementara istri Sarkowan merintih sambil menjedot-jedotkan kepala dengan tiang infus.

Matahari sore sayup-sayup mulai minggir memecah gang kecil kami. Mereka memutuskan untuk menyanyikan lagu lawas milik kelompok musik Backstreet Boys berjudul incomplete sambil berteriak-teriak pilu seperti tersayat pisau cutter berharap jodoh lekas datang sehingga istri Sarkowan segera melahirkan.

“Waaaaaaaaaan! Maghrib wan! Rame ae, ndang budhal sholat”, suara lantang, tegas, dan berwibawa terdengar dua meter dari tempat kami.

Adzan sesungguhnya belum berkumandang jika adzan dari ibu Sarkowan belum terdengar.

16.11.12

Bringing Quotations Under: A Surveillance

stranger in my town

branded pencil holder
custody

"oversimplify"

die hanging

deconstructive

shadowy mannequin

escapist

end up with thinking of...... thesis writing design :D

I took many photographs this afternoon, as the time flies, a wasted life, haha. I actually took a break after a long trip (blah) to take my super dad around the city because of a mighty good news in the morning, had late breakfast at my favorite meatball's stall (Cak Seger, Jalan Pirngadi). The super delicious, slurpy, tasty, and 'cing cing ping' meatball that we've been eating every weekend since I was like in elementary school, but not so often visiting lately. Later, reading a book while surfing on the internet, craving for some songs.

I'm a slowly reader, therefore it needs four years to spend a very lightweight book, and seven years to spend  the heavy one, pffft... Actually I have to return this book by Susan Sontag, On Photography on 4/11 to c2o library, but then I haven't finished yet. She's enlighten me about photography, yeah (very cliché comment, hakhak) because sometimes when I read a book in English, I really wonder about Indonesian making those brilliant statements or ideas. I'm not good in writing an introduction, so here we go some quotes I collect from the book. I suggest this book to any one who are interested in photography, a must read! Because we can see photography from some different perspectives! :"> PS: I won't quote it using Harvard Style, mehehe..

"To take a picture is to have an interest in things as they are, in the status quo remaining unchanged (at least for as long as it takes to take a 'good picture', to be complicitly with whatever makes a subject interesting, worth photographing- including when that is the interest, another person's pain or misfortune" (p.12) 
"In photography's early decades, photographs were expected to be idealized images. This is still the aim of most amateur photographers, for whom a beautiful photograph is a photograph of something beautiful, like a woman, a sunset" (p.28)
"One of perennial successes of photography has been its strategy of turning living beings into things, things into living beings" (Luns Jr, William on Sontag p.98) 
I also take some quotations at the end of chapter, a brief anthology of quotations.

"......When you are the camera and the camera is you" - A Minolta SLR ads (1976)
"......The creative photographer sets free the human contents of objects; and imparts humanity to the inhuman world around him" - Clarence John Laughlin 
"An object that tells of the loss, destruction, disappearance of objects. Does not speak of itself, Tells of others. Will it include them?"- Jasper Johns
"The camera is a fluid way of encountering that other reality" -Jerry N. Uelsmann 
"Most modern reproducers of life, even including the camera, really repudiate it. We gulp down evil, choke at good" - Wallace Stevens

14.11.12

Worth It and About A Friend

Minggu bergizi kembali terjadi (11/11). Akhirnya menonton pertunjukkan akrobatis, eh maaf maksud saya menonton musik secara langsung yang asyik. Teman saya, inisial namanya abi yang menggilai Stars and Rabbit turut serta datang dan rela nonton di bawah pohon. Berada di garda terdepan lumayan juga dimanfaatkan untuk mengambil potret mereka serta sebuah grup musik adem nan khidmat yang tampil selanjutnya, L'Alphalpha.


Are you coming baby eyes // It takes two to do the sky // I build the high fortress
You take polaroid // I watch the halo moon // You slow down the road
Stars and Rabbit- Worth It


It's all about you my friend // So why don't you come and hug me
And if you have some stories // So why don't you come and share with me
L'Alphalpha- About A Friend

Zine Perdana dan The White Lady

Kata si ketua, Angga, White Lady di gambar ini kayak lagi megang rokok, bzzzzzzbzzbzzz... 

Akhirnya mencoba membuat zine perdana yang super longorr bersama inyongski. Dari judulnya saja udah Turis Kecetit begincu maksudnya apa deh. Semakin absurd lagi setelah buka isinya. Awalnya, proyek iseng ini digarap dalam waktu cuma tiga hari plus mencari manusia-manusia yang manis dan rela namanya ditulis dibawah bendera Turis Kecetit, yang dari judulnya saja sudah cukup hina. Kami memotret jalanan yang penuh dengan teka-teki kehidupan, sulit. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada makhluk-makhluk lucu yang dengan rela mengikhlaskan karya-karya bergizi-nya untuk ikut berkolaborasi. Karena waktu pembuatan sangat mefet, jadi mohon maaf kalau jadinya agak 'menggupuhi' teman-teman buat kirim karyanya. Uwh, makasih banget :'3 
eleonorawr | rudiokmal | pratiwihputri | 
odysamodra | ruth damaris

Sekalian ini kami lagi promosi aja tentang acara drama yang bakalan di produksi sama khalayak Sastra Inggris pada 22 Desember mendatang. Drama ini disutradarai oleh makhluk sintal dan kinthel bersahaja, Oddy Prasetya Nugraha. Mohon maaf jika ilustrasi di dalam zine-nya untuk The White Lady agak nista.

Deskripsi singkat tentang The White Lady:


Jenis hantu perempuan di daerah sekitar pedesaan dan beberapa legenda tragedi lokal. Legenda ini hampir dapat ditemukan di seluruh dunia. Pada umumnya mereka meninggal karena dikhianati oleh suami, suami dibunuh, atau karena mati ngenes akibat ada yang membunuh anaknya. (menurut wikipedia, iya wikipedia!)

The White Lady kami tidak ada hubungannya dengan setkamsi (setan kampung sekitar) seperti Kuntilanak, Sundel Bolong, Pocong wanita, Tuyul pucat, genderuwo albino, suster ngesot sakit campak atau suster gepeng yang kelamaan kejepit (peredaran darahnya berhenti). White Lady peliharaan kami ini agak sedikit lebih mutakhir. 

Semangat dan cipok akrobatik bagi kita semua yang sedang mempersiapkan drama ini! Yeeay! Semoga bermaslahat bagi seluruh umat. Amin. Semoga zine yang agak kurang waras ini juga bisa berlanjut dengan isi yang lebih asyik. :D

2.11.12

Peranakan Sore dan Senja



Aku lahir pada pertengahan antara sore dan senja. Itulah mengapa kadang aku sulit mengambil keputusan. Misalnya apakah aku harus memilih matahari yang benderang, atau pekat yang mencekat. Aku tak kenal rembulan, sehingga aku biasa untuk membiarkan diriku tercekik apa adanya. Buat apa aku mengenalnya, ia selalu memperlihatkan sisi gelapnya pada mukaku. Bulan purnama-pun tak pernah menjabat tanganku, karena aku hidup bermandikan neon. Di dalam tubuhku semuanya gelap, hanya bagian luar tubuhku yang benderang. 

Namaku Sherio. Hidupku tak butuh motivator, motivasi, ataupun gravitasi. Aku hanya sepenggal puisi yang tergigit oleh malam. Sepanjang waktu, jika aku ingin aku bisa saja terus merasa terluka. Tapi aku memilih untuk meredamnya, menyuntikkan endorfin secara brutal. Aku tidak suka keterikatan, karena sejak kecil aku sendiri tidak terikat dengan apa-apa. Hanya dunia ini yang menghidupiku hingga aku sebesar ini. Pertautan sebab akibat sangat tidak berlaku bagiku. Aku tak peduli ada orang lain di masa lalu yang bisa saja membuatku hancur di masa ini. Karena kehancuran itu kubangun kembali. 

Aku sangat sinis dengan arah. Karena aku tak peduli dengan arah. Jadi, jika kau merasa sayang padaku, genggamlah tanganku sampai telapak kita berkeringat. Simpanlah degupan jantungmu untuk saat ini dan seterusnya, karena kau tidak akan pernah tahu kapan aku akan melepas dan menggenggam tanganmu kembali.

28.10.12

Hari Minggu Berkah

instagram: langit Surabaya yang sumpah pemuda

Hari ini adalah hari yang absurd tapi menyenangkan! Pagi hari yang kriyep asli, telat bangun buat ikutan  acara zine//picnic #02 di Jalan Raya Darmo, datang di saat acara akan bubar. Walaupun begitu masih berkesempatan buat merenggut beberapa zine-zine loetjoe, misalnya buatan Mbak Tinta sekawan yang lucu, Omnibus (ini edisi perdana looooh), Adrea juga bikin zine. Walaupun nggak bawa zine (karena nggak sempet bikin), aku & Maya berjanji akan bikin zine juga, soon! mehehe. 

Perhentian selanjutnya adalah ke Pasar Gembong, mencari jodoh, nah lo? Maksudnya mau mencari informasi untuk project Ayorek. Sempat dilanda keresahan luar biasa, akhirnya kami pura-puranya sedang mencari kamera analog dan berhasil ngobrol-ngobrol sejenak dengan bapak penjualnya. Sempat takut ikutan tergaruk bapak-bapak Satpol PP yang kinthel, kami-pun malah asyik baca-baca komik yang dijual bapak si penjual kamera tadi. Ada komik-komik jaman otak kita masih suci semacam Pansy, Sailormoon, Slam Dunk, dan princess-princess-an gitu lah. Yang mengejutkan ada juga injil loh! Intinya, Pasar Gembong adalah pasar yang paling random yang pernah ada. Di sini, satu penjual bisa menjual jutaan jenis barang yang berbeda (halah), pokoknya bener-bener random, bisa jadi dalam satu lapak berisikan batu akik, kamera, HP, patung hiasan, walkman, pipet buat praktikum (bahkan!), keker, wuah lucu deh pokoknya banyak hal-hal yang nggak pernah terduga bisa ditemui disini. Akhirnya kami-pun sepakat membeli buku cerita anak-anak karangan Enid Blyton karena salah satunya berjudul Noddy Mandi Madu yang kami prediksi sebagai cikal-bakal lagu dangdut di tanah air, juga sebuah buku drama Shakespeare berjudul Troilus and Cressida, semuanya dibeli seharga Rp 5000.

Sedari Gembong, kami meluncur ke TP karena si Maya akan menghadiri Brangerous, dimana di pameran ini karya instalasi-nya yang berjudul twisted logic ikut dipamerkan. Seperti biasa, nongkrong dulu di foodcourt biarpun yang dibeli cuma secuil es teh dan makan semua yang masih ada di dalam tas, walapun akhirnya sebelum pulang, Adrea dan Maya ke Sushi Tei dimana aku gembung karena oocha. Minggu yang asyik dan gak berasa, lalu tiba-tiba harus menghadapi kenyataan hidup bahwa besok UAS Agama II, zzzzzzz... Semoga hari Minggu-mu menyenangkan juga!:)

hasil merenggut zine-zine bergizi dari zine//picnic #02 dan buku-buku dari pasar gembong

27.10.12

Jelajah Kampung Peneleh Bareng Manic Street Walkers

Minggu pagi di Surabaya pagi itu (21/10) berkabut dikelilingi suara hewan-hewan hutan dan suara orang-orang yang menggigil di dalam tenda. Eh, salah deskripsi ya? Salah lokasi, mentang-mentang seminggu sebelumnya habis mendaki gunung, hehe. Sekitar pukul 05.30 sudah kriyep-kriyep di depan perpustakaan c2o, padahal biasanya masih menyebrangi lautan virtual di alam mimpi. Pagi ini, kami mau berjalan kaki, yeah! barengan Manic Street Walkers, sebuah klub pejalan kaki yang tersohor di Surabaya, hehe. MSW sering lho bikin   rute sambil jalan-jalan bareng sambil mengunjungi tempat-tempat seru di Surabaya. Kota kita tercinta ini kan punya trotoar yang lumayan cing cing ping, jadi sayang sekali kalau nggak dimanfaatkan buat jalan kaki. Nah, kali ini barengan Kak Kat, Mbak Tinta, Mas Firman, Ruth, Verlita, dan Nurul, kami akan mengarungi kampung Peneleh sambil melihat-lihat lokasi menarik seperti rumah kelahiran Bung Karno, makam Peneleh, sampai rumah HOS Cokroaminoto yaitu tempat Bung Karno dulu pernah menge-kos di sini. Perjalanan kami dimulai dari Alun-Alun Contong.

Plakat untuk mengenang Bung Karno serta penanda bahwa Peneleh dulunya pernah disinggahi Bung Karno 
Kawasan Peneleh ini merupakan daerah yang familiar buatku, karena setiap sebulan sekali selalu mengantar ibu untuk kontrol di RS. Mata Undaan, jadi pulangnya selalu lewat sini. Ternyata daerah ini cukup berpengaruh pada masa sebelum kemerdekaan. Nah, Peneleh dan sekitarnya ternyata dulu masuk ke dalam wilayah Keraton Surabaya, dan nama-nama di jalan sekitaran sini sesuai dengan aktivitas di tempat ini di masa lampau, Jalan Jagalan misalnya, karena memang dulunya tempat jagal sapi, ada juga Jalan Pandean yang dulunya banyak orang yang berprofesi sebagai pandai besi. Pada jaman penjajahan juga, kata Mas Firman daerah Peneleh ini diberi hak oleh Belanda untuk tidak di masuki Belanda secara bebas karena masih wilayah keraton. Hal ini tentu saja nggak dilewatkan begitu saja oleh bapak-bapak hebat yang sempat mengekos di rumah HOS Cokroaminoto, sehingga dijadikan basis berkumpul ini untuk membahas negara kita dan masa depannya. Fenomena yang juga unik di daerah ini adalah ketika masuk gang-gang, kita akan dikejutkan akan beberapa makam yang tiba-tiba muncul di tengah jalan, kadang posisinya-pun melintang.

Ini adalah rumah tempat kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean IV/ 40.. Saat ini masih menjadi milik warga.

Makam Peneleh
Setelah singgah sejenak di rumah kelahiran Bung Karno, kami meluncur ke Makam Peneleh. Siapa sih yang nggak kenal tempat ini? Sejak dipakai banyak fotografer buat motoin model sih, akhirnya makam yang identik dengan serem jadi hemm... setelah lihat hasil potretannya, nah loh. Buat yang pengen lihat-lihat atau berkunjung ke Makam Peneleh, FYI pintu masuknya ada di balik Puskesmas Peneleh yang dulunya merupakan semacam kantor makam. Disitu kami disambut pagar besi yang tinggi mirip di film-film horor, hehe dan ternyata gerbangnya masih aseli. Jangan lupa sediakan uang untuk bapak juru kunci-nya. Kak Kat juga memfoto lapangan bola masih berada di area pemakaman disini beserta kambing yang sedang asyik leyeh-leyeh, bisa jadi sebagai perebutan ruang publik, hehe. Ketika berjalan dari gerbang terlihat kondisi makam yang masih utuh dan sangat megah  dengan hiasan-hiasan atau atap di atasnya, tapi semakin masuk ke dalam, kondisinya sudah makin mengenaskan dan semakin hampir rata dengan tanah karena kurangnya perawatan akan aset bersejarah ini. Di makam ini kayaknya juga bisa dibuat belajar bahasa Belanda, mehehe...

Rumah HOS Cokroaminoto

Nah, perhentian terakhir kami di rumah HOS Cokroaminoto yang terletak di Jalan Peneleh IV. Disinilah dulu para tokoh-tokoh bangsa seperti Muso, Semaoen, Kartosoewirjo, dan Sukarno pernah singgah dan berdiskusi bersama. Kami juga berkesempatan buat masuk. Ada juga atap atau loteng tempat mereka berdiskusi. Saat ini juga digunakan sebagai tempat aktivitas warga sekitar. 

Waaaah, seru banget jalan-jalan kali ini, yang tentu saja bikin jadi lebih bangga sama kota kita tercinta ini. Surabaya yang menyimpan banyak harta-harta yang asyik untuk dijelajahi! :)

16.9.12

Sore Bersama Sherio


Warna langit mulai menyembur oranye di sisi barat. Kuseret kaki-ku pelan-pelan, aku tak ingin pulang segera. Jalanan terlihat padat dan sesak. Asapnya tidak berasa, namun jumlah mereka mengakibatkan pedih di mata. Sore ini Sherio mengantarku pulang dengan jalan kaki. Ia diam saja namun terlihat manis, kemeja flanel biru laut di luar kaos abu-abu melambai-lambai mengikuti langkahnya. 

Rambutnya tertiup angin dan bergerak naik turun. Dari samping, wajahnya nampak seperti seorang model di billboard. Aku sering mengejeknya begitu. Karena setiap kali aku memandangi billboard di tengah kota itu, anganku melambai dan menggapai-gapai Sherio. 

“Siapa bilang kota ini penuh sesak?”, tanyanya tiba-tiba

“Kamu lihat 'kan kawanan besi itu sudah menerkam banyak pohon?” 

“Tapi kita bisa berjalan dengan leluasa di sini. Tempat kita berjalan ini. Kalau mau kita bisa bangun tenda dan menginap di sini semalaman”

“Sherio…”, kupanggil namanya. Ia hanya menoleh seperlunya, lalu melanjutkan langkahnya. 

“Hey…”, ia berbalik dan menuju ke arahku.

Genggaman yang hangat tiba-tiba menyelimuti telapak tanganku. Sherio memimpin di depan, ingin menunjukkan sesuatu padaku. Aku tidak bisa membaca ekspresi-nya. One doesn’t simply! Kami melewati berderet-deret gang, kumpulan anak pergi mengaji, dan segala macam kumpulan orang yang merayakan sore mereka untuk berkumpul. Aku sendiri sedang berkumpul dengan rasa penasaran. Dulu, aku menanti dan ingin mempercepat waktu agar bisa bersama Sherio lebih lama. Sekarang, rasa hampa justru menyerangku ketika menghabiskan waktu dengan Sherio. 

Di depan kami adalah garis yang sangat besar dengan genangan air di tengahnya. Kami berhenti menuruni tangga dan duduk di tepiannya. Gravitasi telah membuat kami berdekatan secara horizontal. Sherio tak melepas genggamannya. Tangan kami mulai basah. 

“Haruskah kamu datang terlambat?”, tanyaku memecah jeda yang panjang.

“Apakah kalimat tanya itu harus diartikan secara harfiah?” 

“Menurutmu?”

“Semua itu tergantung hati kecilmu. Satu lagi! jangan bilang Fina kalau kita sedang bergandengan”

Aku tidak akan bilang pacarmu, bahwa kita sedang bergandengan bersama dengan sore yang akan habis sebentar lagi.




#np Emiliana Torrini- Sunny Road

9.9.12

Merekam Kembali Geneng

Berapa juta orang di dunia ini yang tahu keberadaan Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Yah, yang pernah KKN di sini boleh masuk hitungan deh. Kalau dipandang dari lokasinya, desa ini masuk dalam kategori galau. Kabupatennya sendiri masuk Bojonegoro, sedangkan jaraknya ke Bojonegoro kota lebih jauh dibanding ke Ngawi. 

Akses utama menuju Desa Geneng bagi pendatang bedol desa seperti kami ini cukup penuh dengan perjuangan. Sediakanlah perut yang safety riding karena kita akan melewati zona per-off road-an. Hehe, kalau dibilang off road terlalu berlebihan sih ya. Jalan provinsi menuju Geneng berawal dari Kecamatan Padangan (sesudah Bojonegoro kota) ini memiliki tekstur permukaan aspal yang bergejolak.

Yoski! Kami berangkat ke Geneng dengan bus eksklusif yang satu bus hanya diisi oleh kelompok kami. Biasanya sih, satu bus dijejali dengan dua kelompok. Kali ini kami jadi penguasa dan leluasa untuk salto, tidur miring-miring sambil selonjor, push up, squat jump, dsb. Sungguh nikmat! Tapi kenapa tidak ada kelompok lain yang mau bergabung dengan kami? Ya, karena bus kami diklasifikasikan ke dalam jenis bus kaleng tak ber-AC dengan supir yang memiliki jiwa sangat pemberani layaknya para pembalap F1. Faktanya, keberadaan kantong-kantong plastik yang bergantungan di atas kepala-kepala tak berdosa ini sengaja mengintimidasi, seakan-akan mengajak kami “Ayo, mabok darat coy! Biar nge-flay abis coy!” Akhirnya, kamiberserah diri kepada Tuhan agar terhindar dari godaan syetan yang terkutuk. 

Berikut adalah rekaman singkat tentang kondisi salah satu desa (dan beberapa aktivitas sehari-hari warganya) dari sekian banyak desa yang ada di Indonesia. Fotonya kurang lengkap sih sebenarnya, tapi lebih baik di-share, hehe

12 Juli 2012. Beginilah anak-anak Geneng menghabiskan siang mereka sepulang sekolah. Mereka bermain sambil jajan, berjalan-jalan ditemani teman-teman dan…. ayam. Faktanya, ayam di desa ini lebih penakut dibanding di kota. Sekali gertak dengan sandal, mereka lari terbirit-birit.

15 Juli 2012. Pagi ceria bersama Mak Sum (pojok kiri). Penjual belanja keliling  hadir setiap pagi,  berjualan sayuran dan bahan mentah untuk kebutuhan sehari-hari. Jajan yang enak-enak juga ada buat diserbu ketika perut pagi meronta-ronta. As always, selalu menjadi basis berkumpulnya ibu-ibu untuk bertukar informasi. Bersama Mak Sum sang pemilik warung, Wina ikut jualan dengan baju koko-nya.

15 Juli 2012, di siang yang teduh beberapa warga desa sedang menunggu mesin penggilingan padi yang dioperasikan oleh satu orang yang berkeliling desa. Warga bergantian antri untuk menggilingkan padinya. FYI, selama ada aktivitas ini berlangsung, jangan berada terlalu dekat dengan aktivitas penggilingan, karena dapat menyebabkan gatal-gatal. Foto kanan, Mak Sum lagi! Eksis ya. 
17 Juli 2012. Sepak bola selalu jadi jenis olahraga yang umum dan disukai kebanyakan orang. Begitu pula anak-anak ini. Main sepak bola tidak hanya dilakukan pada jam istirahat, tapi juga jadi aktivitas di sore hari.

19 Juli 2012. Seorang perempuan sedang memanggul tumpukan jerami. Disini, jerami bisa digunakan untuk bahan utama pakan ternak pada musim-musim kemarau. Aktivitas yang berhubungan dengan pertanian di desa ini ternyata bukan cuma dikerjakan oleh lelaki, perempuan pun ikut dilibatkan.

23 Juli 2012. Kebanyakan dari rumah warga dindingnya masih terbuat dari papan atau gedek (bambu yang dianyam) dan masih belum menggunakan ubin pada interior rumah. Tidak ada jendela, dan letak pintu selalu di tengah, bagian dalam rumah juga selalu los, atau tidak tersekat-sekat. Sedangkan cuaca yang ekstrim di musim kemarau membuat rumah menjadi panas di siang hari dan sangat dingin di malam hari. Cuaca yang ekstrim inilah yang membuat kami tumbang bergantian selama KKN, tapi semangat tetap membara.

23 Juli 2012. Anak-anak disini memiliki semangat belajar yang sangat tinggi.  Setiap hari mereka (khususnya malam hari),  mereka mau datang untuk belajar di tempat kami tinggal selama disana. Di bulan puasa sore-sore, aku, tante meican, dan mak sum junior (Nopi-ah) ikut mengajar mereka Bahasa Inggris.

SDN Geneng I, sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 48 orang dari kelas satu sampai kelas enam. Namun, di kelas-kelas mereka banyak terdapat bentuk keterampilan atau prakarya yang sangat kreatif dan memanfaatkan barang-barang bekas (recycle). Di foto ini ada Afika lho (Arissa, yang berkerudung pink), hehe.
Majalah gawl yang ditemukan di ruang guru sekolah
Ada juga beberapa butiran debu, eh.. beberapa hal yang berhubungan dengan Geneng:
  1. Bus Gunung Mas adalah satu-satunya bus umum yang melewati Jl. Raya Bojonegoro-Ngawi. Perhatian! Bus ini bisa mengguncang perut, keimanan serta kejiwaan dengan dahsyat, hehe
  2. Jalan masuk ke beberapa RT benar-benar off road berbatu-batu dan jauh
  3. Banyak terdapat pengrajin bonggol jati atau akar jati yang dimanfaatkan sebagai meja, kursi, atau bentuk kerajinan lainnya. Kerajinan jenis ini juga bernilai ekonomi sangat tinggi.
  4. Banyak terdapat tanaman jati, di sini banyak penduduk yang berprofesi sebagai petani atau pencari jati. 
  5. Tanah disini kering dan berwarna putih, sehingga kalau jalan-jalan meskipun memakai sandal atau tanpa alas kaki, kaki kita akan berganti rupa seperti habis dibedakin.
  6. Di musim kemarau, sungai juga benar-benar kering tanpa air, ayam-pun bisa main kejar-kejaran di atas sungai kering.
  7. Ada semacam dam atau bendungan di tempat tersembunyi yang konon katanya horor, bahkan ada nama perempuan yang dikait-kaitkan sebagai nama setan penunggunya (gak berani sebut nama ah). Saat beberapa dari kami (barengan Wina & Bunda) mau kesana, di tengah perjalanan dengan jalur yang sempit, menanjak, dan sangat sepi, tak ada rumah, kami bertemu seorang ibu-ibu bertampang serem yang kami tanyai arah ke TKP, ia menjawab dengan nada creepy “wonten nopo kok bade mriko?” maksudnya “ada apa kok mau kesana?”, semacam kalau mau kesana harus ada keperluan tertentu, dan kabarnya sudah banyak orang yang hilang di sana,entah fakta atau becanda. Akhirnya kami puter balik.
Sebenarnya aktivitas kebanyakan warga disini hampir sama dengan kebanyakan warga desa sebagai petani dan biasa bercocok tanam. Sayangnya, di musim kemarau sawah tidak dapat digarap karena tidak ada pengairan. Sedangkan jati yang memiliki nilai ekonomis tinggi disini jumlahnya makin berkurang akibat sering ditebang dan tumbuhnya membutuhkan waktu cukup lama. Semoga cita-cita komandan Titis memajukan Bojonegoro bisa terwujud. Amiiiiiiiin. 

Foto oleh: Inggit & Wina Tita Satiti


4.9.12

Deal with You is No Longer Exist


We all have troubles in life, just admit it. I am the geek who can secretly hide her main trouble to the people around her, including her parents and her bestfriends moreover. But I can't just hide it from myself. Although sometimes I just ask my troubles to have a seat beside me, watching our favorite movies. We can be friends for hours, and becoming villains again for the rest of the day.

Sometimes, don't take everything too seriously in life. 


At least, that's all I've learned from the last few months. Go, laugh at yourselves. I do laugh at myself. For  having uncommon troubles and desperately hide it because she knows time will change everything. Just like the kids who play football. The ball bounced high up in the air, then it falls again, grounded. And the repetitive movement of the ball is just like our life.


Luckily, when people are falling to the ground. They don't always need two little feet to bounce their body up the air. They can use their own power to change their own direction.

Still looked serious yeah?


Sometimes, how special you are can be measured by how unique your long term troubles are. Let's fight!

23.8.12

Random

Marcus Azon's silhouette on jinjasafari's video screenshot

And we pulled down the sky,
So we swam back home,
And we drank our tea slowly
With our garden gnomes,

Do do dodo

If I could design this day
Be me and you in no one's way
If I could design this day
I'd never let it get away

(Forest Eyes-Jinja Safari)

20.5.12

Semi Vakansi: Cuban Rondo 18-19 Mei

Just arrived: tepar di C9





Akhirnya kami kembali datang menghantui Cuban Rondo. Mungkin tempat ini menjadi salah satu tempat bersejarah buat para warga EDSA. Karena tempat ini juga menjadi saksi resminya kita pertama kali jadi mahasiswa Sastra Inggris. Yak, semacam afdol-nya begitu. Kali ini kami datang guna melancarkan sebuah misi damai pembuatan video tentang Gathering Nite yang dibikin di tempat yang aseli. Dua hari satu malam yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Bedanya dengan GN adalah, kami dapat ground yang lebih tinggi dari ground biasanya, alangkah menderitanya kaki jenjang ini, sampai ragu untuk ikut scene inisiasi di air terjun Cuban Tengah. Serunya lagi waktu pulangnya merasakan dempet-dempetan naik bemo dari Terminal Landungsari ke Stasiun Kota Baru Malang. Sebuah bemo imut diisi 17 orang, yang 3 tambun dan yang 1 tiduran tertimbun bersama barang-barang bawaan. Ditambah lagi, barang bawaan gahar ini terdiri dari tikar, tas ransel, galon, tripod, dan tenda. Sudah begitu, kami hampir telat mengejar kereta. Untungnya kereta datangnya telat juga. Jalan-jalan yang melelahkan sekaligus unforgettable

aril-candra-odi-gondo-rei
Di depan warung Bu Tini: rambak (duduk)- fatur-farchan-mas feb (bawa tiker)-kakak angga (jiban pake jubah)-romce

6.5.12

Parade Melewati Jalan Gemblongan

Gefeliciteerd Surabaya! Oke, saatnya rehat sejenak sebelum minggu yang sakral dan minggu vakansi.Saatnya nonton parade. Kali ini mengajak bapak Djailan yang budiman dan terlihat sangat sintal sore ini. My best hang out partner ever. Berawal dari Minggu dini hari ada sebuah sms mesra dari @nyunsyarifah  (hehe) tentang parade yang bakal digelar hari Minggu. Kami janjian berjumpa di Delta, sialnya pas sudah mau belok ke arah Tunjungan, jalan di Praban sudah ditutup. Akhirnya lurus ke Bubutan, lalu Jalan Gemblongan, parade-nya sudah dimulai! Alhasil harus berpisah dengan teman-teman yang sedang stand by di Yos Sudarso. Ada juga @Cak_ariel plus @twykelala. Aku-pun bergerilya di Jalan Gemblongan saja sambil ber-live report bareng Nyun. Parade-nya keren sekalski. Namanya parade bunga, warna-warni menghiasi. Jalan yang lebar-pun menyisakan beberapa space sempit bagi para peserta parade. Saking banyaknya manusia berjejalan di sepanjang dan selebar jalan. Antusias! Ada yang bertegur sapa dengan temannya yang ikut parade, ada yang suka berkomentar, ada yang bersiul atau menggoda saat ada mbak-mbak cantik nan seksi lewat. Begitulah orang Surabaya. Spontan. Dari sini aja kita bisa lihat betapa kerennya budaya asli Indonesia. Cuma, yang agak heran ya. Kenapa di setiap parade atau karnaval di Surabaya selalu banyak marching band-nya? Dan lebih herannya, orang-orang yang berkumpul membanjiri jalan ini, setelah mereka pergi satu persatu, sampah sudah berserakan di mana-mana. Padahal acara ini cuma memakan waktu sekitar dua jam-an, segitu tak kuatkah hasrat orang-orang ini membuang sampah ditempatnya? Tapi, seluruhnya keren beet! Selamat ulang tahun kotaku tercinta! kalau kata komunitas sepeda tua yang ikut karnaval tadi, Goede Verjardaag!

Reog Ponorogo




marching band