29.4.12

Shutter Step Bersama Teman Sepermainan

Malam minggu yang awsem! Akhirnya terselenggara juga acara jalan-jalan bersama teman-teman sepermainan. Meskipun pelaksanaan agak jauh dari perencanaan. Semoga Shutter Step yang kedua lebih bermaslahat bagi rakyat banyak. Hahaha... Keturutan sudah keinginan si Maya untuk memotret Siola (Tunjungan City) di malam hari. Meskipun sudah bolak-balik lewat ini Jalan Tunjungan, tetep merasa bahagia meskipun di malam hari agak sepi krik krik. Haha. Ternyata di malam minggu begini, jalan ini ramai banget sama fotografer berlalu-lalang. Sayangnya, jalan-jalan kita harus berakhir akibat sewaktu kami ndeprok di depan Tunjungan City tiba-tiba ada kecelakaan motor, si ibu bapaknya ngga papa, tapi kasihan anaknya, si adek jidatnya berdarah. Intun jadi mama penyelamat, dan permen dari Aril berhasil menenangkan si adek. Karena Rambak yang paling tua, insting kebapakannya (ke-kakekannya) langsung muncul. "Wes rek, wayahe mandek iki, dikongkon mandek". Akhirnya kami semburat kemana-mana (gak gitu-gitu juga kali, hehe). Akhirnya anak-anak pada  melanjutkan makan dekat kampus, dan aku pulang (maklum sedang miskin, makan di rumah). Menurut telegram dari Maya, sisa malam itu mereka pada curhat-curhat galau tentang masa depan. Wish us all the best guys! :D

Untuk Shutter Step yang pertama, hadir 8 orang, selanjutnya pada mau bikin yang kedua gak nih? Hehe. Be free yah buat  yang punya saran pengen kemana selanjutnya.
candra-arik-me ^^-rambaks-maya-aril-nyun


Overall, terima kasih atas waktunya ya teman-teman. :) Semoga kita bisa jalan-jalan lagi. Salam sayang buat yang malam mingguan di tempat Lely; Tirce dan Lala beserta bulu mata anti badai mereka. Hehe... Semoga langgeng (senyum ala Aril).

15.4.12

Kanan Minus 13, Kiri Minus 15

asli ini kacamata pinjem :D
Apa yang terjadi ketika kamu bangun tidur di pagi hari, tiba-tiba pandanganmu terhadap sekitar menjadi blur? Ternyata ketika kamu mencoba bangun dan berjalan, kamu menabrak semua benda-benda yang ada di sekitarmu? Seperti itulah rasanya mempunyai mata yang menderita rabun jauh, dengan kekuatan minus 13 di lini bola mata kanan, dan minus 15 di lini kiri. Aneh, rasanya aku mengalami rabun ini sejak kecil, jadi kalau ditanya bagaimana rasanya mempunyai mata yang normal? I have no idea. 

Mengapa tiba-tiba memutuskan menulis tentang mata? Beberapa hari ini, teman-teman pada heboh membicarakan kebodohan-kebodohan yang aku alami sambil tertawa terbahak-bahak. Sungguh terlalu, ternyata aku memang orang yang ber-pahala telah membuat mereka tertawa. Sejak itu, bukan cuma mereka yang pengen merangkum semua kebodohan itu jadi satu, aku juga mau. Lalu aku berpikir lagi, ternyata memang selain loading otakku lambat, penglihatanku juga buruk meskipun sudah memakai kacamata. Bukti dari mengapa otakku sangat lambat adalah perilaku ibuk akhir-akhir ini. Jadi, ibuk tiba-tiba sering memasak tumis kerang, kadang ingin sekali bertanya "mengapa buk, mengapa?". Ternyata, kerang adalah hewan laut yang mampu meningkatkan fungsi kecerdasan otak. Cukup jelas 'kan apa tujuan dan motivasi ibuk memasakkan kerang terus-terusan. Karena aku tidak cukup cerdas. 

Bagaimana dengan penglihatan buruk? Sekitar setahun yang lalu, aku lagi naik motor bersama teman-teman dari kampus ke sebuah restoran siap saji, jaraknya yah, lumayan. Teman-teman di depan itu sudah pada ngebut agak jauh, karena nggak seberapa hafal jalan, otomatis takut tertinggal. Maya, sebagai saksi mata saat itu nyetir di belakangku, Rome & Putri di depanku. Jalanan sore itu licin, bahkan jemek (tergenang air, haha). Di lampu merah Ngagel, aku mulai melipir-melipir ke kiri, guna menyalip mobil dan menyusul Rome, apa daya ban depan malah masuk lubang selokan yang kecil. Refleks, pengen keluar dari lubang kenistaan, akhirnya, menarik gas kenceng-kenceng. Apa anda sudah dapat mengira apa yang akan terjadi. Mari kita lihat dari sudut pandang Maya. Sedetik sebelumnya, Maya masih lihat di depannya ada punggungku, kemudian ia menoleh ke arah lain selama beberapa saat, di depannya tiba-tiba saya ilang, yang ada malah punggung si Putri. Perlahan ia menengok ke arah selokan besar di sebelah kiri trotoar, kepalaku muncul sedikit demi sedikit, dan sudah dikerubungi beberapa orang yang menolong. Sudah kecebur. 

Yang kedua, dengan saksi yang sama, Maya. Malam itu kita berjalan keluar dari SC (Student Center) ke arah parkiran. Suasana teras SC gelap sekali. Kita lagi heboh bercerita sambil jalan. Karena gelap, aku nggak memperhatikan ada sebuah lubang di depan. Lubangnya-pun cuma segede upil, tapi mampu menahan kaki, dan sudah dapat dipastikan bahwa....... akupun ambruk lalu ngesot di pavling-an. Yang ada, si Maya yang sadar tiba-tiba saya berhenti ngomong, dia noleh ke belakang dan bukannya nolong malah tertawa terbahak-bahak. Sungguh iblis. Pernah suatu kali juga dikerjain Tirce sama Putri, waktu guyon-guyon ngerjain Tirce, tiba-tiba si Tirce lepas kacamataku, dan dia lari kemana-mana. Trus dibawa Putri, trus Putri lari kemana-mana. Tidak berkacamata selama beberapa menit, ternyata bikin kliyengan, untung nggak sampai nyembah-nyembah mereka buat balikin kacamata. Rencana iblis terakhir belum sempat dilancarkan Swikee, kalau nanti aku lagi nyebrang jalan, tiba-tiba harus ada yang ngelepas kacamataku. Ternyata aku berteman dengan banyak iblis.

Tapi cerita-cerita itulah yang terus-terusan di-rewind Maya. GOD WHY. Tapi serius, kadang bosan untuk menjawab pertanyaan orang-orang, kamu minus berapa sih, tebel banget? Lama-lama udah kayak robot, menjawab kanan tiga belas kiri lima belas, kanan tiga belas kiri tiga belas. Statement yang paling nggak pernah lupa adalah dari kakak Angga. "Kamu minus segitu banyak kok tenang-tenang aja?". Trus aku kudu ngapain kak? Memohon sama rektor? Ngomong sama petir? Ngomong sama rumput? Mikroba? Amoeba? Penicilin? Saran yang sama juga sering dilontarkan orang-orang, minum jus wortel. Sering aku memohon sama ibu, menyembah telapak kaki ibu agar di-supply wortel segar setiap hari. Yang ada, ibu sering beli pisang. Buat apa coba? Biar pencernaan lancar? Biar nggak sakit beri-beri?

Erlend Øye
Pernah jga punya ide yang sangat cemerlang untuk ganti model kacamata atau kontak lens. Paling nggak, cita-cita yang belum kesampaian adalah ganti frame kacamata seperti  Erlend Øye, personil-nya Kings of Convenience, biar keliatan sedikit hipsta hipsta gitu. Berbekal uang dari hasil ngondek (hasil keringat sendiri maksudnya), diantar Rome, kami menuju optik yang dekat dengan kampus. Dengan penuh percaya diri, kami masuk. "Mbak kalau kacamata seperti ini harganya berapa?" (sambil nunjuk salah satu kacamata mirip punya para hipsta, maupun milik abege lalala yeyeye). "Frame-nya 175 mbak, tergantung minusnya berapa mbak", "kanan 13 kiri 15", "wah kalau yang ini maksimal minus 10 mbak". Baiklah, *table flip*. 

So, is it a curse? or is it a gift? 
It is a gift. Meskipun nggak normal, it is better than any other worst possibilities that can happened to my eyes. Dengan begini-pun, saya malah suka aktivitas yang membutuhkan kejelian mata semacam fotografi sama disain. Kadang kekurangan yang kita punya, tetep bisa membuat kita menjadi seseorang yang kita inginkan. :)



1.4.12

April


This April is about: 

film project | EDSA company profile | Cookiesversary 
midterm test

Good Luck! And I want those kinds of window for my house :3